07.55 | Posted by AMportal
HELDNEWS.com -JAKARTA - “Hare gini masih pake hape monoponic? Cape deeh, ga gaol getoh, eh sorry bro, just kidding-lah.”
Lekat sekali kalimat itu di pikiran, begitu telinga mendengarnya langsung terngiang meski sudah sejak kemarin penulis mendengarnya.
Kalimat di atas menjadi salah satu contoh kalimat sehari-hari yang mungkin biasa digunkan di kalangan remaja kita. Penggunaan istilah asing dan bahasa gaul (prokem) seakan sudah mendarah daging.
Menurut Rizka, salah seorang siswi SMA Negeri di bilangan Jakarta Selatan, penggunaan istilah asing dan bahasa gaul di kalangan pelajar hal yang lumrah. “Kalau nggak begitu, kolot lah, ketinggalan zaman banget, kaku kesannya nggak asyik,” ujar Rizka kepada okezone, belum lama ini.
Namun Rizka yang juga menjabat sebagai Ketua OSIS di sekolahnya ini mengaku tetap menghargai teman-teman sepergaulannya yang tidak menggunakan bahasa gaul dan istilah Inggris dalam kesehariannya.
“Di sekolah itu kan kelompok-kelompok, genk-an lah ya istilahnya. Ada anak yang rame dan gaul gitu, tapi ada juga yang masih akyu-kamyu (aku dan kamu) ngomong-nya, tapi kita tetep saling menghargailah,” ungkapnya.
Rizka mengaku bergaya seperti itu lantaran tuntutan dalam pergaulan, mengingat hampir semua teman kerap sesekali menggunakan istilah Inggris dan bahasa gaul. Selain itu, lanjut dia, perilaku seperti itu dipengaruhi juga oleh faktor modernisasi zaman.
“Ke bawa arus modernisasilah ya, gimana nggak, mayoritas isi lagu-lagu di MP4 atau HP kita tuh lagu-lagu barat, jarang lagu Indonesia, otomatis kebawalah ke sehari-hari pakai bahasa Inggris,” tuturnya.
Saat ditanya oleh okezone kemungkinan bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional, dara yang duduk di bangku XI IPA 1 ini punya jawaban sendiri. “Kalau dibilang mungkin sih mungkin aja, tapi susah bangetlah mau jadi bahasa dunia, butuh kerja keras banget untuk mewujudkan itu,” katanya.
Pasalnya, dia melihat kurang tertariknya pelajar saat ini pada materi bahasa Indonesia yang baik dan benar.
“Paling pas momen seminar atau bicara sama guru kita pakai formal bahasanya, kalau sama temen beda lagi bahasanya,” ucapnya.
Rizka menambahkan, kegiatan-kegiatan yang kerap kali digelar di sekolah dalam rangka meningkatkan atau menumbuhkan kecintaan pada bahasa Indonesia ditanggapi datar oleh para pelajar. Menurutnya, hal itu hanya sebuah rutinitas saja tidak banyak mengubah secara drastis kesadaran untuk cinta pada bahasa Indonesia.
“Cuma sebagai sebuah rutinitas saja, nggak pengaruh untuk meningkatkan kecintaan pada bahasa Indonesia,” tutupnya.
(lsi)
SUMBER:

Posted by AMportal
on 07.55. Filed under
Berita,
Nasional,
Serba-Serbi
.
You can follow any responses to this entry through the
RSS 2.0.
Feel free to leave a response